- Agungmas -
Sudah 2 hari nafsu makanku tak kunjung muncul. Tak terpikirkan rasa lapar diperutku, hanya saja rasa sakit di hatiku yang menguasainya. Hubungan kedua orang tuaku tak kunjung membaik, dan akan berakhir secara sah di mata hukum.
Pagi ini aku terbangun lagi oleh kebisingan yang tiada henti
Bosan. Hanya itu yang kudengar setiap hari. Ibu berteriak lantang dan disambung dengan ayah yang akan memecahkan segala jenis barang yang ada di sekitarnya. ‘Dasar para Tempramental’ batinku
Lusa adalah ulang tahunku yang ke 17. Tahun tahun sebelumnya aku selalu meminta hadiah barang barang mahal yang tidak berguna, namun tahun ini tidak lagi. Tahun ini aku akan meminta waktu mereka selama satu bulan sebelum mereka akan benar benar berpisah.
Suatu malam, aku memberanikan diri untuk meminta hal tersebut. Pikirku mereka tak akan setuju, tetapi aku salah, mereka setuju dengan permintaan ku.
Sampailah di hari ulang tahunku. Banyak sekali hal aneh yang terjadi pada hari itu. Mulai dari ibu yang tiba-tiba memasak setelah sekian abad tidak pernah menyentuh lantai dapur dan ayah yang bertutur sangat lembut kepada aku dan ibu. benar benar aneh, tapi aku suka suasana seperti ini. Rasanya seperti memiliki keluarga ‘CEMARA’.
Waktu berjalan begitu cepat, ini adalah hari ke 15 dari permintaanku. Keadaan terasa semakin aneh, orang tuaku tidaklagi bertengkar di depanku, tapi tetap bertengkar sih, hanya saja tidak didepanku.
Aku mulai gelisah karena keanehan keanehan yang terjadi. Aku mencoba mencari secarik kertas yang seharusnya bisa menghapus kegelisahanku. Astaga, kertas itu hilang. Aku semakin takut. Kertas itu berisi hasil tes kesehatan yang aku jalani beberapa bulan lalu. Disana tertera bahwa aku mengidap kanker payudara stadium 4.
Aku bertanya kepada ibuku apakah kertas itu ada padanya. Ibu mulai menatapku dengan air mata yang menggenang di mata indahnya, menggenggam tanganku, dan memelukku dalam tangisannya. Aku pun menangis, aku tak menangis karena penyakit yang aku derita, namun aku menangis karena itu adalah kali pertama ibu memelukku lagi setelah sekian lama . Ibu memukulku pelan dan berkata sambil menangis “Kenapa kamu tidak cerita ke ibu? Kamu sudah tidak sayang ibu lagi ya? Atau ibu yang salah tidak pernah memperhatikan kamu ak?”. Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu, rasanya ikhlas jika hidupku berhenti saat itu juga, aku sudah mendengar dan merasakan kasih sayang ibu yang kurindukan.
Hari ke 16 dan seterusnya dilanjutkan di rumah sakit. Ayah sudah tau akan keadaanku saat itu . Hubungan ku dengan ayah dan ibu lama lama semakin membaik. Kata perpisahan mulai terlupakan dan digantikan oleh kata kebersamaan . Aku menjalankan berbagai macam prosedur pengobatan yang diatur oleh rumah sakit, berat rasanya menjalani itu semua, namun beratku menjadi ringan saat ditemani oleh kedua orang tuaku.
Aku menulis ini diatas ranjang rumah sakit, sudah sebulan terlewati sejak hari pertama permintaan ku. Ayah dan ibu masih disini menemaniku. Ibu yang memotong buah buahan dan ayah yang membuat lelucon aneh agar kami tertawa. Hangat rasanya.
Rumah - Karya I Gusti Agung Mas Pratiwi IX.K SMPN 7 Mataram
Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:
Instagram : smpn7 Mataram_
Facebook : Spenju Times
YouTube : SMPN 7 Mataram Official
Blogger : smp7mat.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar