"Perempuan Gilamu"
_Ni Putu Pusviantari_
“Pernah tidak kamu mendengar kisah wanita gila yang terlalu cinta hingga lelah mengejar cintanya? Katanya cinta itu indah pada orang yang tepat, memang benar?” Ujarnya dalam siaran langsung di laman Instagram.
Ia tersenyum menatap kamera layar kaca, “Dek, ini cerita untuk kamu.” Dan dimulailah cerita-cerita yang membuat komentar para netizen dari yang baper sampai jungkir balik, nangis tersedu-sedu, hingga marah tak karuan.
Awal kisah aku tak mengenalmu sama sekali hingga temanku mengenalkan ku padamu, memberi tahu lebih dalam tentang dirimu. Satu kata tentang kamu di pikiranku, indah. Dan saat itu aku denial bahwa aku menyukaimu. Itu tidak benar, bukan? Aku berpikir seperti itu awalnya.
Namun hingga berjalannya waktu, aku sadar bahwa aku mencintaimu sekarang dan seterusnya, kamu menanggapi ku dengan baik dan menerima segala cintaku, sukaku, dan kegilaanku dengan baik. Aku jatuh, aku jatuh padamu lebih dalam.
“Aku cantik, tidak? Coba kamu rating dari 1 sampai 10,” ujarku mendekatkan diri padanya.
Ia terkekeh kemudian menjawab, “9,5. Cantik.”
Kamu selalu berhasil membuatku jatuh setiap saat dengan segala pujian dan dukungan yang kamu berikan, ini pertama kali aku di cintai dengan begitu baik oleh sosok lelaki sepertimu.
Namun, suatu kejadian, aku tinggalkan kamu sebentar hingga aku sadar tak ada satu orangpun yang mengerti dan bisa membuatku berdebar dan tertawa sepertimu. Dek, aku kembali dan aku janji padamu tak akan tinggalkan kamu lagi.
Aku disini, tetap disini. Namun, kamu dimana? Kenapa malah kamu yang meninggalkanku sekarang? Aku rasa aku salah, aku rasa kamu ingin membalas. Aku tak menyerah, Dek. Aku kejar kamu dengan usaha yang lebih keras, menjadikanku perempuan gila untukmu seorang.
Aku gila, aku perempuan gila untukmu, Manika. Setiap kali ku ingin bicara padamu, kau tak menjawab sama sekali bahkan menatap mataku saja kau segan, kau abaikan setiap pesan yang aku kirimkan, kau tak hiraukan segala hal yang aku lakukan untukmu.
Aku menangis, sakit seperti apa ini? Lebih sakit daripada saat ibu memukulku dengan sapu lidi besar. Orang-orang bilang aku terlalu lebay karena buliran air mata jatuh setiap kali kamu bersama perempuan lain, wajar bukan atau aku yang kembali salah? Dek, ingatlah bahwa hanya aku perempuanmu, hanya aku.
“Kenapa kamu suka sama Dedek?” Semua orang bertanya padaku, tentang kenapa dan mengapa aku suka padamu? Aku pun tidak tahu, aku tidak tahu apapun itu.
“Aku juga bingung,” jawabku kemudian memikirkan satu kalimat tentang sosok Manika, Dia rumahku.
Aku hampiri kamu, dengan senyum mekar sambil berjalan, aku mencoba mencari perhatian padamu, caper sekali bukan? Bodo amat, kan sudah aku katakan seribu kali pada kalian semua bahwa aku perempuan gila miliknya.
“Kamu ganteng, dek. Mirip pacar saya,” ujarku namun dia hanya mengabaikan dan memilih berjalan untuk berbicara dengan teman wanitanya.
“yang kuat ....” Gumamku dengan lirih, berusaha menguatkan hati agar tak cemburu karena aku tak memiliki hak sama sekali akan itu.
“Dek, kamu masih suka saya kan?” Tanyaku namun tak ada jawaban, ia hanya fokus menulis tak menghiraukan pertanyaan dariku.
“Oh berarti suka.”
“Enggak,” jawabnya dengan cepat.
Ditolak lagi, ditolak ribuan kali tapi tidak apa-apa, aku sudah terbiasa, aku akan terus mengejar hingga kamu sendiri yang bilang agar berhenti disana.
Kemudian apa akhir kisahku bersama dia? Apa kalian ingin tahu atau kita berhenti bercerita sampai disini saja seperti aku dan dia yang berhenti di tengah perjalanan.
Seminggu, sebulan, hingga akan sampai ke acara perpisahan. Aku mengabaikan mu, berusaha untuk melupakan walau harus penuh dengan tangis-tangis gila dariku.
“Kenapa?” Aku kira pertanyaan ini untuk wanitamu ternyata untuk aku.
“Apanya?”
“Tak ada.”
Aneh saja perbincangan kita hanya bertahan sekitar 10 detik dan kembali sibuk ke masing-masing.
Lalu kalian ingin akhir seperti apa? Akhir bahagia yang membuat Manika menyesal dan kembali dan menjalin hubungan dengan Sheila? Atau akhir sedih? Saat Manika benar-benar tak peduli lagi dengan Sheila dan Sheila masih mengingat Manika dengan segala tawa dan luka yang di bawa?
Tidak, akhir mereka tak ada kelanjutannya, gantung. Mereka masih berteman, Sheila masih berusaha melupakan dan Manika sibuk dengan hidupnya.
“Aneh kan?” Dia bercerita dengan mata yang sudah berkaca-kaca namun semua pecah saat ia membaca salah satu komentar.
“terimakasih atas ceritanya, Sheila. Salam dari Manika asli, maaf atas semuanya ya.” Dan sia-sia semua air mata yang ia tahan, ia menangis tak peduli akan dicibir seperti apa nantinya.
“Salam hangat juga, Manika. Tidak apa-apa, aku sudah memaafkan.” Sheila berusaha tersenyum dan membalas komentar yang dikirim oleh Manika langsung.
Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:
Instagram : smpn7 Mataram_
Facebook : Spenju Times
YouTube : SMPN 7 Mataram Official
TikTok : SMPN 7 Mataram_
Blogger : smp7mat.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar