Sabtu, 13 Juli 2024

School Tour MPLS SMPN 7 Mataram



School Tour MPLS SMPN 7 Mataram


1. Siapa nama kepala sekolah, Kasubag Tata Usaha, Wakil Kepala Sekolah dan Kepala Perpustakaan Spenju?

2. Kapan berdirinya Spenju?

3. Apa motto Spenju?

4. Sebutkan ruangan yang ada di Spenju?

5. Siapa nama guru pendamping dan kakak pendampingmu?

6. Dimana alamat Spenju?

7. Sebutkan nama akun sosmed Spenju?

8. Apa prestasi Spenju yang pernah kalian ketahui?

9. Siapakah Ketos dan Waketos Spenju ?

10. Sebutkan ekstrakurikuler di Spenju?

11. Apa nama janji siswa Spenju?

12. Sebutkan mata pelajaran yang akan kalian pelajari di Spenju?

13. Apakah kepanjangan dari BK?

14. Kepada siapa kita bisa melaporkan kejadian bullying di sekolah?

15. apa kepanjangan TPPK?

16. Siapakah nama urusan Kesiswaan dan Pembina OSIS?

17. Apakah Kepanjangan dari OSIS?

18. Apa saja peraturan yang harus dipatuhi saat berada di kantin sekolah?

19. Apa pesan moral pada video instagram "Sampahku Milikku Tanggungjawabku"


Senin, 08 Juli 2024

KURIR SANDEKALA

KURIR SANDEKALA

Almaira Esmee Sugiantini

 

Prologue

Waktu itu.

Ragu. Kupandang lagi waktu di handphone jadulku, menunjukan waktu 19.14 WITA. Masih ragu rasanya mau masuk ke rumah itu. Kutengok Kanan kiri jalan satu arah ini sangatlah sepi. Dari gerbang ini menuju rumah bangunan peninggalan Belanda itu mungkin sekitar 15 sampai 17 meter. Kondisinya sepi..... Tanpa penerangan sama sekali. Cahaya yang kudapat hanya dari handphone jadul ini.


Kalau tahu bakal begini gelapnya, malas ku ambil pengiriman terakhir dari ship kerjaku hari ini. Tapi karena tergiur ongkos kirim yang akan aku dapatkan maka ku ambil juga pengiriman ini. Lumayan bisa untuk pakai beli bensin. Koh Edi bilang tadi, sudah ditunggu sama pak Safi'i mantan pegawai kantor pos yang sekarang jadi pengurus rumah peninggalan Belanda ini. Kabarnya rumah ini dibeli kenalan keluarga pak Safi'i.Kuhela napas lagi, Tapi rupa pak Safi'i yang gendut dan tidak berambut itu tidaklah ada tampak sama sekali.

Kalau ku panggil dari sini. Gak bakalan kedengeran sampai di teras itu. Jalan satu-satunya ku harus berani masuk. Kutarik napas dalam-dalam dan mulai mendorong gerbang. Satu kantong plastik besar kutenteng memasuki halaman. Ku tengok ke belakang. Memastikan kunci motor sudah dicabut dan kuraba disaku celana, ada kunci motor itu disana.

Kok sepi sekali sih..., sambil melangkah ku mulai menyesali keputusanku untuk antar belanjaan ini. 2 pak lilin, 1 kg gula pasir, 4 kotak susu cair, 1 bungkus roti tawar, 1 cup mentega dan 1 pak korek api kayu.

Teringat kata Andi tadi, waktu dia mengantarkan belanjaan untuk bos nya pak Safi'i tempo hari, dia diberi tips yang cukup lumayan. Ku tengok kanan dan kiri sambil melangkah mendekati teras, sepanjang jalan masuk sampai teras rumputnya sudah rapi, dan sudah ditanami bunga-bungaan juga rupanya. Bersih dan tertata rapi.

" Permisi.....permisi.....pak Safi'i....saya kurir dari Edi mart. Permisi." Kumulai berteriak memanggil pak Safi'i. Berat rasanya belanjaan ini. Maka kutaruh dibawah sambil mulai merogoh handphone disaku. Kalau kunyalakan handphone pasti ada cahaya sedikit pikirku.

"Permisi.....permisi.....pak Safi'i.....ini Bagas pak, dari EdiMart, mengantarkan barang pesanan."teriakku lagi. Masih sepi, tanpa jawaban. Kuintip kedalam dari jendela kaca dengan penerangan lampu dari handphone, tidak ada tanda - tanda orang didalam.

Mati. Sialan. Cahaya handphone mati. Kujadi sulit melihat kedalam lagi, pandangan kualihkan ke handphone agar mau nyala lagi. Sulit , handphone jadul ini sudah gak bisa diajak kompromi.Ku ketok-ketok kecil belakang handphone jadul ini agar mau menyala. Kesal sendiri, saat-saat cukup mencekam gini handphone gak mau nyala.

Sepi.....lalu....Samar-samar ku dengar langkah kaki. Samar-samar ku dengar lantai kayu yang berbunyi. Samar-samar mulai nampak cahaya dari ujung anak tangga. Cahaya lilin yang tidak mau diam, meliuk-liuk mempersulit untuk ku melihat siapa yang membawa lilin..Kumasukan handphone kesaku celana, percuma tidak mau nyala. Kudekatkan muka dan kedua telapak tangan ke kaca jendela. Memastikan ada cahaya dan ada orang yang akan membuka pintu,

Samar-samar cahaya lilin itu mulai menuruni tangga. Siapa itu. Jantungku rasanya berhenti berdetak. Kakiku rasanya kaku. Cahaya lilin dan orang itu sampailah di anak tangga paling bawah. Itu perempuan. Itu hantu. Itu perempuan hantu Belanda, penghuni rumah ini. Pikirku.

" Hantu......!!!!!! "  teriakku sambil lari .....tak perduli dengan belanjaan yang Masih tergeletak dilantai teras, tak perduli dengan tips yang besar, tak perduli berapa Kali kutersandung, tak perduli sandalku tertinggal satu. Yang ku perduli, sampai pintu gerbang. Dorong motor sekencang-kencangnya. Kudorong terus motor. Tak kuperdulikan suara dibelakangku ...." Hei....hei ..." Tujuanku cuma satu. Lari dari situ.

Setelah lelah ku berlari sambil mendorong motorku, baru ku sadar, kenapa tidak kunaiki saja motor ini dari tadi. Bodohnya aku. Lalu mulaiku cari kunci motor disaku, nyalakan mesin motor. dan melaju tanpa tengok belakang lagi. Rumah ...... Pulang ke rumah yang ada dikepalaku.

Rumah. Akhirnya sampai juga. Rasanya lama sekali perjalanan dari rumah tua peninggalan Belanda diujung desa itu sampai ke rumah.

Tak bisa kulupakan wajah perempuan Belanda itu yang samar tertimpa cahaya lilin. Dengan rambut gelombang emasnya yang terurai sebahu. Apakah tadi yang kulihat itu nyata. Apakah hantu itu benar adanya. Lama ku merenung diatas motor tuaku yang sudah terparkir di depan rumah.

Pintu rumahku terbuka, " Kok lama sekali masuk kedalam kak? Cepetan, mandi terus kita makan." Anggi melongok dari balik pintu. Kuhanya bisa mengangguk lesu. Tak akan kuceritakan pada Anggi. Nanti hanya akan jadi bahan olok-olokan dia saja, tekadku.

Tiga hari yang lalu.

Kupandangi dengan bangga hasil kerjaku sore itu. Motor tua, dengan cat yang sudah memudar, banyak lecet dimana-mana ini telah bersih tak tercela. Senyum puas kuhadiahi pada diriku sendiri. Besok pagi - pagi sekali akan kupamerkan pada Andi, Rahma,Ayu dan Maya rekan kerjaku di toko serba ada milik Koh Edi, " EdiMart."

" Kak Bagas disuruh mandi sama ibu, cepetan !. Bapak sudah mau pulang lho, Anggi sudah bantu atur meja makan." Anggi berlari masuk lagi kedalam rumah.

" Jangan lari-lari dalam rumah Anggi !!" Teriak Bagas dari teras.

" Mandi kata ibu, bau tahu." Sahut Anggi sambi berlari masuk kedalam rumah  seperti tak perduli dengan peringatan kakaknya.

Dipandanginya lagi hasil kerjanya petang itu. " Bersih .... Seperti baru. Besok adalah hari pertama persahabatan kita terjalin kawan. " Ucap Bagas sambi mengelus jok motornya.

 

Seminggu yang lalu.

" Bu, tadi bapak dipanggil Manager Cabang." Kata bapak memecahkan kesunyian makan malam hari itu. Ibu meletakan sendoknya dipiring, urung menyuapkan nasinya. Cemas...tampak jelas diwajah ibu. Tapi, sebelum ibu mulai menghujani bapak dengan segala pertanyaan dan teorinya, bapak segera melanjutkan bicaranya setelah menengguk minumnya.

" Kata bos bapak dikantor, mulai tanggal 1 bulan depan,  bapak akan mengepalai divisi pengiriman dalam kota, jadi untuk mempermudah kerja bapak, bos di kantor memberikan fasilitas berupa kendaraan. Jadi, 4 hari lagi bapak akan mendapatkan motor matic keluaran terbaru yang sudah ada logo "JNE " nya dan tulisan motonya, connecting happiness, menyambungkan kebahagiaan dari generasi ke generasi." Jelas bapak.

Kami langsung bangkit dari kursi masing-masing dan memeluk bapak di kursinya. Bapak tertawa bahagia.

" Jadi motor astrea lama bapak bisa Bagas yang pake ya ?" Tanyaku penuh harap sambil memandang bapak yang sibuk dengan kunyahanannya. Lalu bapak mengangguk-anggukan kepalanya.

" Bener pak ?" Tanyaku memastikan.

"Iya." sahut bapak. " Tapi,  besok siang bapak bawa ke bengkel untuk ganti olinya dulu, dan mengecek rem dan mengganti joknya yang robek. Biar nyaman kamu pakai nanti. Tapi ingat berhubung kamu masih 16 tahun, kamu gunakan motor itu untuk ke sekolah dan untuk mempermudah kamu kerja sambillanmu di toserba Koh Edi saja. Jadi kalau pulang gak jalan kaki lagi.

" Makasih pak, makasih,"sahutku penuh senyum. Sibuk membayangkan enaknya punya motor sendiri tanpa harus nunggu giliran pakai dengan bapak.

" Berarti Anggi mulai tanggal 1 dianter jemput kak Bagas kan pak ? Gak jalan Kaki lagi kalau sekolah. Tanya Anggi penuh harap.

" Oh iya. Tugas antar jemput sekolah kamu nanti kak Bagas yang urus." Sahut bapak sambil bersadar di kursinya tanda sudah selesai makan malamnya.

" Sekarang Anggi bantu ibu cuci piring dulu." Perintah ibu.

 

Epilogue

Sore ini.

Kuparkirkan motorku didepan toserba tempatku  bekerja paruh waktu, EdiMart. Setelah pulang sekolah langsung kukesini tanpa ganti baju dulu. Agak ragu ku mau masuk. Sudah kubisa bayangkan marahnya Koh Edi dengan kejadian pengiriman kemarin petang. Pastinya pak Safi'i sudah mengkomplain atas pelayanan ku yang tidak baik. Tapi ku ingat pesan bapak semalam, setelah makan malam kuceritakan kejadian menyeramkan itu pada bapak. Berdua saja dengan bapak. Bapak mendengatkan dengan serius. Tanpa menertawakan tingkahku sama sekali. Tingkah yang sampai lupa mengambil uang pembayaran atas barang yang dipesan. Bapak bilang, " Kamu harus berani bertanggungjawab  atas kelalaian yang sudah kamu perbuat. Sebagai seorang kurir pantang pulang kalau barang kiriman belum sampai ditangan pelanggan. Semua kurir punya cerita suka dukanya sendiri, jadikan motivasi untuk lebih baik lagi dalam melayani." Pesan bapak malam itu.

Tidak mengambil pembayaran pengiriman barang kemarin petang itu. Untuk mengganti kerugian Koh Edi, bapak bersedia membantu membayarkan dahulu atas barang pengiriman petang itu. Konsekuensinya uang jajanku akan dipotong. Nasib.

Semua sedang tertawa didepan meja kasirnya si Rahma,, ada Koh Edi, ada Andi, ada Maya dan seperti ada pak Safi'i juga. Kuhela napas panjang sambil mendorong pintu kaca toserba. Tawa riuh mereka makin menggema melihat kedatanganku.

" Wah jagoan kita muncul juga rupanya ." Koh Edi berkata sambil tertawa. Rahma Dan Maya senyum - senyum geli.

" Koh, saya minta maaf, tidak langsung bawa uang COD nya kemarin petang. Saya langsung pulang ke rumah." Tuturku sambil menunduk malu. Tidak biasanya saya berlaku tidak tepat waktu dalam menyeramkan uang hasil COD barang begini.

" Sudah dibayarkan langsung sama pak Safi'i nya nih, sambil menceritakan kejadian dimana kemarin petang kamu lari tungganglanggang sambil dorong motor. Habis lihat hantu,  ya? "  Sahut Koh Edi sambil menahan tawa.

Pak Safi'i yang dari tadi diam langsung tertawa terbahak -bahak.perut gendutnya, bergerak turun naik mengikuti irama tawanya.

"Loh, Koh Edi kok bisa tahu saya lari lihat hantu ?"Tanyaku kebingungan.

" Itu bukan hantu. " Kata pak Safi'i. " Itu ibu Wilhelmina Nichmann, orang Belanda yang menyewa rumah yang saya pelihara. Sudah lebih dari seminggu beliau disini. Beliau itu datang jauh-jauh dari Amsterdam mau ber nostalgia, dahulu kakeknya adalah staff kantor pos Belanda yang ada di Kota kita ini pada masa penjajahan dulu gitu. Nah rumah itu dulunya tempat kakeknya tinggal." Jelas pak Safi'i panjang lebar.

" Jadi sandekala kemarin itu yang saya lihat bukan hantu perempuan Belanda kan pak ?"Tanyaku untuk lebih yakin.

" Lah ya bukan. " Tegas pak Safi'i lagi. Diiringi tawa dari semua.

 

Karya.     : Almaira Esmee Sugiantini

Kelas.     : 8A

Sekolah  : SMPN 7 Mataram

Alamat.   : Jl.Bung Karno No.88 Pagutan, Mataram NTB


#JNE

#ConnectingHappiness

#JNE33Tahun

#JNEContentCompetition2024

#GasssTerusSemangatKreativitasnya


Selasa, 18 Juni 2024

PLUMERIA DITEPI LAUT

PLUMERIA DITEPI LAUT

_Nadita_


      Kala ombak-ombak jernih berbuih pagi itu serasa menawarkan pelukan hangat. Rayuan Ibunda Lautan memabukkan si Duyung, rambut panjang sehitam arang dihiasi embun pagi, sebiji titik pada ujung matanya tertutup tangan Ibunda, buih-buih cinta Ibunda menyelimuti si Duyung muda. Duyung tetaplah Duyung yang gemar bermain bersama kawananya, seperti kicauan burung camar yang mengiringi kesehariannya, seperti kerang-kerang yang menghiasi si Duyung penuh cinta bagai kakak perempuan yang penuh kasih, sedangkan pasir putih menjadi tempat singgahnya, dan Lautan menjadi rumahnya.

       “LIR!” Teriak si Duyung muda itu dari kejauhan. Seukir senyumku berikan padanya, Duyungku itu keluar dari pelukan Ibundanya. Sekeping buih mengkilat berkah dari Ibundanya jatuh dari tubuhnya, seakan memberi tanda cinta pada si Duyung.

    “Sudah berapa lama?” Dia menghampiriku yang bersandar pada sebuah pohon mangga menjulang jauh ditepi lautan. Embun nakal masih menyelimuti dirinya, satu dua buih turun tidak kuat akan pesonanya.

    “Sudah dari tadi… bunga kesukaanmu.” Sela-sela surai dan indra dengarnya, ku sisipkan sebiji bunga Kamboja kuning-merah. Kamboja, kumohon jadilah seperti kerang-kerang yang menghiasinya layaknya kawan setia si Duyung. Dia tersenyum penuh malu. Ah.. rawan sikapmu penuh malu hari ini dan esok nanti menjadi ombak ganas samudra Hindia.

       Dia selalu suka bunga-bunga itu menyertai jejaknya, katanya sebagai pengingat akan kenangan kita dan juga dirinya. Iya, kenangan yang sudah lama sekali memang, empat tahun yang lalu kala Ayahanda Pertiwi mempertemukan kita. Seuntai bunga kamboja ditangannya dan aku menggenggam sungkur dikiri serta ujuk di kanan. Dia menoleh tak sengaja mata kami bertaut seperti terikat benang merah muda, membisu bersama dijalan kenangan milik Ayahanda, jalan tak luas dan sederhana itulah menjadi puncak fana merah muda yang merusak logikaku.

     “Kenapa?” Tanyanya penuh malu, lagi-lagi seakan menunjukan sifat yang berbeda biasanya selalu ganas karena terlalu sering bermain dengan ombak. Sungguh itu membuatku bagai bunga kamboja yang berada digengamanmu, berpasrah pada dirimu yang memetikku. Kamboja mengintip diujung sana menjadi saksi hari itu. Biarkan saja dia melihat, biar dia memberi tahu kawannya disana tentang kisah ini.

      Mentari, tahan dulu kasihmu Rembulan, Duyungku belum usai tersenyum jangan juga biarkan senyumnya usai Ayahanda Pertiwi, anakmu tidak akan suka jika kasihnya memudar tawanya, biarkan permpuanku berdansa bersama Ibunda Lautan dengan tarian penuh cahayanya. Biarkan anakmu menghabiskan waktunya untuk kasihnya.

“Lir! Ayo kemari.” Katanya penuh tawa, ditepi lautan dia bermain bersama ombak-ombak layaknya kawan akrab. Memang benar tak salah, dia memang berkawan dengan ombak-ombak seperti darah hidupnya adalah ombak itu sendiri.

“Ayo, hanyutkan bunga-bunga ini.” Tangannya dengan semangat menghanyutkan beberapa kamboja untuk dibawa arus ombak. Tentu, dia selalu melakukan ini sebagai tanda terimakasihnya pada lautan yang telah menemaninya bermain seharian.

Hanya anak dari Pertiwi dan Lautan tak pantas mengharapkan abadi, hanya fana yang didapat walau separuh jiwa tak rela. Bukan Pertiwi maupun Lautan yang mampu mencipta, hanya sosok kecil yang ingin memberi curahan kasih untuk tebalan takdirnya, bagus-bagus memberikan sisi yang baik-baik untuk Semesta. Usai sudah, kini harus kembali menabung rindu. Kita akan bertemu lagi Duyungku, mungkin.

Kamboja yang kau tabur, kembali kepermukaan bersama hilangnya dirimu, mereka seperti memberi tahuku bahwa dirimu sudah sepenuhnya menjadi satu dengan Ibundamu, dengan kawananmu, dengan kerang-kerangmu, dengan ikan-ikan kesukaanmu. Ombak-ombak menjadi tempatmu bersemayam, tempat kesukaanmu dan karang besar menjadi nisanmu, karang kesukaanmu. Dirimu abadi didalam sana, apa kamu senang bisa bersatu dengan lautanmu, Duyungku?

          26 Desember 2004, Duyungku kau benar-benar menjadi ombak untuk kita, hilang bersama Ibundanya tak tau dia menyelam seberapa dalam. Tak ada lagi yang bersenandung menari bersama ombak, camar-camar pun sudah kehilangan penggemar setia lagu-lagunya, kerang-kerang bingung harus merias siapa lagi, dan kamboja masih tetap setia samapai akhir menemani indahmu, Duyungku.

          “Aku kembali bersama angin laut untuk bertemu dengamu namun aku lupa bahwa kamu telah pergi bersama arusmu.”

Karya Putu Nadita Augustina Putri, Kelas VIII.B - IG : nadinadita
Pembina Literasi Digital Spenju : Ummul Karyati, S.Pd - Ahmad Kadafi, S.Si
Support "Literasi Digital dan Media Center Spenju"


Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7 Mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : SMPN 7 Mataram_

Blogger : smp7mat.blogspot.com


Sabtu, 18 Mei 2024

RENJANA UNTUK NARAPATIKU

RENJANA UNTUK NARAPATIKU

'Karya Siswi Spenju (tak terucap dalam gelap)'


Karung besar yang berat jatuh kedalam lautan biru gelap, seekor lumba-lumba muncul dari pelukan lautan, satunya lagi menghampiri sohibnya. Nelayan berburu ikan-ikan, satu dua ekor ikan berhasil kabur dari jala nelayan, kini ikan itu sudah sebesar perahu nelayan. Percayakah kalian itu? 

Harmoni tembang lautan menyapu indra pendengar, suara riuh-riang menghiasi subuh itu, para pekerja, nelayan, pedagang, serta warga pesisir memulai hari. Arunika muncul dari ufuk timur, memaku nanar padanya. Jam yang gelap dan jahat berakhir, dia selalu muncul untuk menjadi yang paling bersinar. Sebagian tak bisa melihat indahnya, mereka terlalu malas untuk melihat lebih dalam dirinya. 

Arung duduk dibawah pohon mangga yang menjulang besar, manik matanya menatap kearah utara, rambut hitamnya bergerak mengikuti goyangan angin, kulit putihnya terpapar sinar manis mentari, dia seperti lautan saat Arunika terjadi, begitu indah dan tak banyak yang memandangnya dengan mata hati. Teman seumurnya, bermain juga bercanda dengan banyak mawar, hanya dia yang menjauh agar tak terkena duri. Dari barat, arah yang tak dia lihat, Badai mengintainya dengan tatapan penuh kagum seketika ingin menjadi Bidadari untuk Arung. 

“Rung, aku cinta kamu.” Badai takut, malu, dan resah, segera setelah berucap seluruh yang berkaitan tentang Arung ia bisukan. Kapan? Kapan Badai merasa seperti ini? Bagaimana? Bagaimana bisa yang terkenal tak tahu malu, meluluh-lantahkan segala di depannya, menerobos apapun yang menghalanginya, bagaimana bisa kini ia penuh malu dan ragu?

Mereka merenggang seperti epilog tanpa prolog, Badai berharap Arunika memberkatinya. Hidupnya penuh gelap dan seram, selamanya ia merasa takut dikeliling kabut asap yang menyesakan, dia ingin berjalan dalam dekapan Pertiwi tanpa ragu, tanpa takut, ingin pendengarannya dipenuhi kicauan burung riang yang semanis mata kucing bukan suara berisik penuh maki untuknya, ingin merasakan hangatnya matahari yang lembut dan damai bukan rasa malu penuh khawatir yang mempertaruhkan kejernihannya. Dia selalu dituntut menjadi Badai yang selalu kita kenal, berbisa dan menyesatkan.

Naas, nasib Badai selalu mencerminkan dirinya.. merusak tapi akan berakhir walau kerusakan itu hanya akan diberikan plester luka tak berobat. Mungkin ia berfikir semuanya telah berakhir dikala dunia luluh lantah olehnya namun rasa dungu yang membelenggu tak kunjung melepaskan belenggunya. Dia masih menikmati matahari terbit sebagai puncak dari rindunya seolah ia sedang memuja keindahan Arunika lewat manik kagumnya, ia akan selalu memuja Arunika walaupun keindahan itu tak abadi sebab Arunika akan berganti menjadi Sandhyakala yang artinya malam yang gelap dan jahat kembali mengingatkannya dengan dunia penuh ular. Sang Kala perlahan mulai muak, ia mengubah Badai menjadi Purnama, Arunika yang menjadi Aditya, dan Arung menjadi Maheswara. Hingga semua melangkah menuju jalan yang berbeda, Maheswara akan selalu melihat rakyatnya bagaikan Aditya untuk mereka, sedangkan Purnama akan melihat Aditya sebagai sumber cahayanya. 

Purnama yang masih menjadi satu dengan kegelapan dikelilingi awan hitam yang pekat, merintih dan selalu mengumpat atas segalanya, melepaskan kendalinya hingga akhirnya digembala oleh Sang Chandra. Sang Hyang Chandra menyaksikan kegundahan Purnamanya walau cemburu ia tetap membantu kasihnya agar setidaknya bisa mendapatkan impiannya walaupun nantinya Purnama akan tetap menjadi milik malam dan miliknya. 

“Dari! Tunggu!” Dari berlari dalam padang bunga melati kesukaannya dari belakang Arung mengejarnya dengan senyum yang selalu dirindukannya. 

“Kamu lama, Rung!” Arung mendengar teriakan Dari mempercepat lajunya saat ketika lengan Dari digapainya sekilas senyum manis kembali merekah, Dari selalu suka dan rindu senyuman manis Arung.

“Ri.. jangan pergi pakai selendang ajaibmu ya?” Saat berucap Arung menggenggam lembut lengan Dari, ia menuntun Dari duduk di tepi laut dengan pohon disisi kanannya, ada kekhawatiran Arung disetiap bait ucapannya. 

“Kamu fikir aku Bidadari istrinya Jaka Tarub apa ya?” Dari duduk bersender dengan pohon didekatnya, ia tersenyum puas saat mendengar kekhawatiran dari Arung, ada rasa gemas dalam hatinya saat Arung berucap.

“Bukan Bidadarinya Jaka Tarub, tapi Bidadarinya..” Gelap. Purnama terbangun, ada rasa yang hilang dalam hatinya.. hanya mimpi yang terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan untuk Purnama yang berharap menjadi Bidadari untuk Maheswara. Triasih ditepi lautan dengan berkat dari Arunika mungkin terlalu liar bahkan untuk separuh jiwa dari Badai sendiri.

Purnama meredup dan menghilang, bersembunyi dibalik bintang-bintang. Mengenang segalanya tentang Pertiwi yang berpindah dalam manik nanarnya. Kupu-kupu yang mencari bunga mengingatkannya tentang kenangannya empat tahun lalu. Ingatkah kamu? 

“Angin darat hanya mengantar nelayan pergi, bukan pulang. Apa aku bisa kembali bersama angin laut untuk berjumpa denganmu?”

----------------------------------------------------------

Pembina Literasi Digital : Ummul Karyati, S.Pd dan Ahmad Kadafi, S.Si

Support "Media Center Spenju"

Ikuti informasi seputar SMPN 7 Mataram melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : smpn7mataram_

Saluran WhatsApp : Spenju Times

Blogger : smp7mat.blogspot.com


Jumat, 10 Mei 2024

Guru Pendidikan


_Ni Putu Pusviantari_


Nilai bukan segalanya, tapi segalanya akan butuh nilai.

Pendidikan bersembunyi di lebatnya kabut malam ini.

Tak ada yang peduli.

Sebagian tertawa bodoh membanggakan diri, menghina yang sedang menjadi penompang bangsa.


Pendidikan diremehkan, dijadikan candaan seolah angin lewat yang tak berguna. 

Pahlawan bersedih diatas awan, perang diatas buku pendidikan.

Apakah ada harganya?


Ki Hajar Dewantara berseru dengan lantang, anak muda harus menjadi pemimpin bangsa.

Ini bukan tuntunan tetapi cara untuk membanggakan.


Beberapa anak muda bertekad berlari menggunakan sepatu berduri, mencoba melewati tantangan demi masa depan negeri.

Para guru di belakang mendorong jauh dirinya,  mencoba menjadi tumpangan para murid yang tercinta.

Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan tauladan, di tengah motivasi, di belakang dorongan dukungan.


Pendidikan maju di depan dengan barisan guru yang teladan di belakang, para murid yang membara jiwa semangatnya akan menjadikan bangsa Indonesia berkualitas dan maju dimata dunia.


Selamat hari pendidikan nasional untuk kita semua.


Karya Ni Putu Pusviantari, Kelas VIII.E
Pembina Literasi Digital Spenju : Ummul Karyati, S.Pd - Ahmad Kadafi, S.Si
Support "Media Center Spenju"


Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7 Mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : SMPN 7 Mataram_

Blogger : smp7mat.blogspot.com

Kamis, 02 Mei 2024

Pensi Spenju 'BABAD TANAQ SASAK' Ramaikan Peringatan Hardiknas 2024

*dokumentasi tim media center spenju

2 Mei, Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai penghormatan terhadap peran penting pendidikan dalam pembangunan bangsa. Hari ini bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga momentum untuk merefleksikan pencapaian, tantangan, dan masa depan pendidikan di Indonesia. Hari Pendidikan Nasional diperingati untuk menghormati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi anak-anak pribumi. Ki Hadjar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dan memainkan peran kunci dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi semua anak-anak Indonesia, tanpa memandang suku, agama, atau status sosial.

Hardiknas kali ini mengusung tema 'Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar'. Siswa-siswi SMPN 7 Mataram  menampilkan berbagai pentas seni (pensi) kolaborasi lintas generasi 'Babad Tanaq Sasak' pada momen Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2024 di SMPN 7 Mataram, pada Kamis (2/5/2024).

Dalam acara pensi ini yang bertindak selaku host adalah Ibu Ni Made Lami Wijati, M.Pd dan Ibu Erny Yuliansari, S.Pd,. GR, acara ini dibuka oleh Kepala SMPN 7 Mataram Bapak Imam Purwanto, S.Pd kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan Tembang Sasaq Subhanalle yang disuguhkan oleh Bapak I Komang Sugiata, S.Ag (Pak Mangku), Bapak Lalu Wiraja, S.PdI (Miq Ajouq), Bapak Faesal Gunawan, S.Pd,. GR (Pak Ical Boling),  kemudian dilanjutkan dengan penampilan Tari Oncer lebih dari 50 Siswi SMPN 7 Mataram, pertunjukan Musik Tradisional Sasak yakni Gendang Beleq dilanjutkan Musikalisasi Puisi (Puisi Bahasa Sasak, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), kemudian penampilan dari ekstrakurikuler Spenju English Club dengan menampilkan orator yang bersemangat menggunakan Bahasa Inggris kemudian dilanjutkan penampilan seni Pantomim oleh 2 siswa yang telah meraih juara 1 pada ajang FLS2N Tingkat Kota Mataram Tahun 2024, kemudian penampilan penyanyi lagu sasak hingga pertunjukan Seni Hadrah yang menghibur pada rangkaian acara tersebut.

'Kepala SMPN 7 Mataram - Bapak Imam Purwanto, S.Pd'

Dalam sambutannya, Kepala SMPN 7 Mataram Bapak Imam Purwanto, S.Pd. Sangat mengapresiasi atas penampilan pentas seni yang disuguhkan dengan berkolaborasi lintas generasi baik guru maupun para siswa-siswi SMPN 7 Mataram dalam Peringatan Hardiknas 2024 serta tak lupa beliau menyampaikan ucapan terimakasih untuk semua yang terlibat dalam kegiatan ini.

Beliau mengatakan, tantangan dunia pendidikan kedepan semakin besar, bagaimana para orang tua dan guru dapat menyiapkan para generasi muda untuk siap menghadapi dunia nyata maupun dunia digital.

"Kita harus menghargai bahwa anak-anak kita punya kehebatan di bidangnya masing-masing, dan tugas kita bagaimana kita mau memfasilitasi bakat-bakat mereka supaya terasah, memiliki nilai, dan supaya bisa menjadi pegangan bagi mereka untuk kemandirian mereka di masa yang akan datang," tambahnya.

Pelaksanaan Peringatan Hardiknas Tahun 2024 juga turut dihadiri Bapak/Ibu Guru berserta 1.350 siswa/siswi SMPN 7 Mataram. (AK).


kuti informasi seputar SMPN 7 Mataram melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : smpn7mataram_

Saluran WhatsApp : Spenju Times

Blogger : smp7mat.blogspot.com

School Tour MPLS SMPN 7 Mataram

School Tour MPLS SMPN 7 Mataram 1. Siapa nama kepala sekolah, Kasubag Tata Usaha, Wakil Kepala Sekolah dan Kepala Perpustakaan Spenju? 2. Ka...