Jumat, 19 April 2024

Mother Wound

Mother Wound

_Aurelia_


Terlihat seorang gadis yang sedang duduk menangis di sudut kamar nya. Ia begitu sedih. Ia berulang kali menghapus air mata nya yang mengalir membasahi pipi nya dengan kasar, sehingga membuat sekitaran pipi nya merah. Suasana dikamar gadis tersebut sepi bahkan sangat sangat sepi. Hanya terdengar suara dengungan ditelinga dan isakan nangis dari sang gadis cantik itu.

Gadis itu memendam wajahnya diantara kedua kakinya. Hingga menjelang beberapa menit, terdengar suara langkah kaki dari kejauhan yang semakin terdengar dekat didepan pintu kamar sang gadis. "Kamu lemah sekali. Dasar anak cengeng, baru dimarahi seperti itu saja kau sudah nangis! Kamu dimarahi belum seberapa saat aku dimarahi. Ughh.. dasar cengeng." Ujar seorang anak laki-laki yang berbicara dengan nada mengejek didepan pintu kamarnya Mavera. Mavera, atau Mavera Alastriona adalah nama anak perempuan yang sedang menangis itu. Dan anak laki-laki yang berdiri di depan pintu kamar nya adalah kakak laki-lakinya, Owen Emerson Argantara. Mavera menatap kakak laki-laki nya dengan tatapan lesu. Wajahnya Mavera memerah, rambutnya berantakan dan air matanya yang membasahi pipi nya.

"Iya. Aku memang cengeng dan lemah! Jangan bandingkan aku dengan mu. Pergi dari kamar ku! Jangan ganggu aku." Jawabnya dengan nada yang sedikit gemetar dan ketakutan. "Heh. Pantesan ibu membenci mu dan tidak menyayangi mu, dari kecil kau hanya bisa menangis saja busanya, kau hanya beban dikeluarga ini. Dasar tidak berguna!" setelah selesai bilang begitu, Owen langsung pergi meninggalkan Mavera sendiri dikamar nya.

Mavera kini merenungkan diri lagi dengan suasana yang sepi. Mavera terus mengeluarkan air mata nya. "Kenapa aku selalu di bilang tidak berguna? Kenapa aku selalu di salahkan? Kenapa aku selalu di marahi? Kenapa ibu tidak pernah menyayangi ku?" Itu yang ada di pikiran Mavera sekarang, Ia selalu mengingat kejadian tadi.

Mavera saat itu sedang menyuci piring didapur, dan tidak sengaja menjatuhkan salah satu piring itu. Suara pecahan piring itu sangat nyaring dan besar suaranya, Mavera merasa panik dan gelisah saat melihat itu, dengan cepat dia mencoba membersihkan bekas pecahan piring itu dengan tangan kosong nya. Tapi, tak lama kemudian, seorang perempuan paruh baya yang bernampilan sangat modis berjalan kearah nya. Terlihat dari wajah perempuan itu sangat marah saat berjalan.

"Kau itu selalu saja bikin semua barang rusak! Tidak bisa kah kau mengerjakan nya dengan hati-hati!?" Ucap Wanita itu yang sedang memarahi Mavera.

"I.. ibu. Maafkan M-mavera. Mavera tidak sengaja, sungguh! T.. tangan mavera terlalu licin, ibu." Mavera menundukan kepalanya. Terlihat mata Mavera berkaca-kaca seperti ingin menangis.

"Alahhh! Bilang saja kalau kamu itu marah sama ibu, karna ibu menyuruh mu untuk membersihkan rumah! Apa kau tidak tau? Ibu ini capek! Ibu sudah capek membesarkan mu! Kau itu selalu membuat masalah dan membuat ibu marah setiap hari! Dasar pemalas! Kau itu sungguh beban disini! Dasar anak tidak berguna!" Sang ibu terus memaki Mavera dan menggunakan nada kasar saat berbicara. Mavera menahan tangisnya yang kini tak terbendung lagi, air matanya kini menetes ke pipi nya, dengan segera ia menghapus nya. Jika ibu mengetahui Mavera nangis, itu akan membuat ibu marah lagi.

"Bereskan semuanya! Ibu tidak mau tau! Kau itu selalu saja mencari masalah! Hidup mu merepotkan saja! Mending kamu tidak usah lahir didunia ini, ibu nyesel punya anak seperti mu!" Kemudian sang ibu pergi dari dapur menuju kamar nya.

Mavera sangat tertusuk dengan perkataan ibu nya itu, tetapi Mavera berusaha tidak mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut sang ibu. Ia pun dengan segera membersihkan serpihan-serpihan piring tersebut, dan memasukan nya kedalam plastik hitam lalu membuang nya.

"Kata-kata ibu selalu saja seperti itu. Sejak kecil aku selalu dibilang hanya merepotkan dan tidak berguna. Ibu bilang aku pemalas. Ibu selalu bilang bahwa ia menyesal punya anak seperti ku. Sebenarnya di lubuk hati yang dalam aku merasa sakit mendengar semua ucapan itu. Apalagi yang berkata seperti itu adalah ibu ku. Aku ini terlalu lemah. Bahkan sangat lemah" Mavera tidak pernah menceritakan semua ini pada siapapun. Dia hanya memendamnya di dalam hatinya. Mavera terkenal sebagai anak yang pinter dan aktif di sekolahnya. Mavera duduk di bangku kelas 2 SMP. Gadis itu kini terlelap dalam tangisannya di sudut ruangan kamarnya. Entahlah rasanya menyedihkan melihat pemandangan seperti ini seorang gadis yang seharusnya dapat menikmati masa-masa remajanya. Yang seharusnya dapat bermain bersama teman-temannya ikut serta dalam berbagai kegiatan sekolah. kini hanya terlelap dalam tangisannya.

Kemarin pagi. Mavera telah siap-siap untuk berangkat kesekolah, sama dengan Kakak laki-lakinya, Owen. Mereka sedang memasang sepatu sambilan menunggu ayah mereka. Owen duluan keluar dari rumah, sedangkan Mavera tetap menunggu ayah nya. Ayah Mavera kini duduk untum memasang sepatu.  

"Vera. Vera tidur nyenyak kan tadi malam?" Tanya ayah nya Mavera sambil memakai sepatu

"Iya, ayah. Vera tidur nyenyak kok." Mavera berbohong. Ia terpaksa berbohong kepada ayah nya.

Ayah nya Mavera sudah selesai masang sepatu, ia pun mendekati putri nya itu lalu memeluknya.

"Kamu anak perempuan ayah satu-satunya. Jangan pernah berbohong kepada ayah, jangan pernah menutupi sesuatu pada ayah. Ayah selalu ada untuk mu, Vera. Ayah menyayangi mu lebih dari Ibu menyayangi Owen. Ayah tau, kamu tadi malam tidak tidur dan kau hanya nangis. Terlihat mata mu masih sebab." Ucap ayah sambil memeluk erat putri nya itu dan mengelus rambut nya.

Mavera rasa nya ingin menangis disana. Mavera emang tidak dapat kasih sayang seorang ibu, tetapi setidaknya Mavera beruntung karna masih memiliki ayah yang sangat sayang dan selalu membelanya Sejak kecil Mavera selalu bercerita aktifitas sehari-hari nya disekolah kepada ayah nya saat ayah nya pulang kerja. Tetapi sekarang, berbeda. Mavera sudah jarang bercerita aktifitas nya kepada ayah nya, karna setiap pulang kerja, ayah nya selalu berantem dengan ibu. Ia takut untuk bercerita, ia juga tidak ingin melihat kedua orang tua nya berantem. Setiap hari nya begitu.

"Mavera sangat iri dengan Owen! Ia bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu, apa yang owen ingin kan selalu dituruti oleh ibu, owen minta disuapin ibu turutin. Dan Owen seperti anak emas di keluarga ini. Owen tidak pernah disuruh ngapa-ngapain, ia selalu disayang. Ia selalu disayang. Aku iri. Aku iri!! Kenapa aku tidak bisa berada diposisi Owen!?" Tulisan yang baru saja ditulis oleh Mavera dibuku diary nya. Ia biasa nya menceritakan keluh kesah nya dibuku diary nya. Ia tidak tahu harus menceritakan kesiapa. "Apakah aku harus mati agar ibu menyesal? Apakah harus begitu?" Ucap Mavera sambil melihat tangan kiri nya yang penuh dengan goresan.

"aku tetap menyayangi

ibu walau dia membenci ku. Ibu yang terhebat. Dan mau bagaimana pun ia lah ibu ku, ia lah yang melahirkan ku." — Diary Mavera Alastriona.

"Kenangan bersama Ibu?

Aku tidak memiliki kenangan indah bersama Ibu. Tapi aku yakin suatu saat nanti akan terukir sebuah kenangan indah saat aku bersama ibuku. Ibu, aku harap ibu benar menyayangiku. Walaupun tidak, aku akan tetap menyayangi Ibu. Aku tidak akan pernah bisa membencimu. Karena kau segalanya untuk ku. Ibu, kuharap ibu tau bagaimana perasaanku. Pedih dan sakit jelas terasa. Ini pilu, sesekali fikiran jahat itu hampir meyakinkan ku untuk membencimu. Namun, jauh di lubuk hati terdalamku masih percaya bahwa ibu menyayangiku.

Kumohon, Tolong lihat aku ibu." — Diary Mavera Alastriona.

Janganlah kau mencoba membenci ibu mu, jauh dilubuk hati ibu mu, ia sebenarnya menyayangi mu, tetapi ia tidak bisa menunjukkan nya. Mungkin perlahan ia bisa menunjukkan nya, hidup itu penuh dengan proses. maka dari itu, tetap lah menyayangi ibu mu selagi ia masih hidup. Hidup akan hampa tanpa ibu. Tetapi Hidup akan lebih hampa jika tanpa kedua orang tua. Jangan mencoba melawan ibu. Ia yang mengurus mu dari bayi hingga kamu besar. Penuh perjuangan untuk menjadi ibu.

Mavera Alastriona, ia adalah anak yang kekurangan kasih sayang seorang ibu, ia selalu disalah kan dan dikucilkan oleh ibu nya sendiri. Tetapi walaupun begitu, Mavera tidak membenci ibu nya, ia tetao menyayangi ibu nya itu. Mavera depresi karna kekurangan support seorang ibu.

Tau istilah 'Mother Wound' ? Jadi, Mother Wound adalah luka emosional yang di sebabkan kurang dan hilangnya support dan kasih sayang dari figur seorang ibu. Mavera Alastriona adalah anak Mother Wound. Karna itu ia merasa depresi dan selalu berpikiran untuk melukai diri, dan mengakhiri hidup nya. 

"Untuk para; Gadisku. Jangan lah engkau sepertiku— Kumohon. Aku tidak ingin penerus Generasi Bangsa akan seperti ku. Cukup aku yang seperti ini. Jangan mencoba berpikiran untuk suicide: mengakhiri hidup. Kumohon untuk kalian ; Gadisku— untuk berhenti menggores tangan kiri kalian dengan alat tajam. Apakah kau tidak kasian dengan tangan kiri mu tersebut dan Apakah kau tidak kasian dengan ibu mu yang susah payah untuk melahirkan mu, Wahai para Gadisku yang cantik? Aku tidak tau pasti, Apakah lelaki juga ada berpikir seperti para Gadis yang sedang mengalami deprsi? Mau kau Perempuan atau lelaki; Kumohon jangan akhiri hidup mu seperti itu." — Pesan dari Mavera Alastriona

"Seorang ibu adalah satu-satunya orang yang membawamu selama sembilan bulan di perutnya, tiga tahun di pelukannya, dan selamanya di hatinya." 

"Selalu dan selalu belajar memaafkan, karena anak butuh kasih sayang dan bantuan orang tuanya agar memperbaiki kesalahannya." — Mavera Alastriona


"Keras kepalaku sama denganmu,

Caraku marah, caraku tersenyum,

Seperti detak jantung yang bertaut,

Nyawaku nyala karena denganmu,

Aku masih ada sampai di sini,

Melihatmu kuat setengah mati,

Seperti detak jantung yang bertaut,

Nyawaku nyala karena denganmu,

Semoga lama hidupmu di sini,

Melihatku berjuang sampai akhir,

Seperti detak jantung yang bertaut,

Nyawaku nyala karena denganmu" ( Bertaut - Nadin Amizah )


Wattpad:

In Another World : I Will Be Your Girlfriend (Akun Wattpad @putriaureliaayv , cerita nya masih ongoing !)

Instagram: @relliuu


Mother Wound - Karya Haifa Putri Aurelia Kusnady 
VIII.E SMPN 7 Mataram

Pembina Literasi Digital Spenju : Ummul Karyati, S.Pd - Ahmad Kadafi, S.Si
Support "Literas Digital dan Media Center Spenju"


Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7 Mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : SMPN 7 Mataram_

Blogger : smp7mat.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persyaratan PPDB SMPN 7 Mataram Tahun Pelajaran 2024/2025

Berikut kami kirimkan lampiran Persyaratan PPDB SMPN 7 Mataram Tahun Pelajaran 2024/2025