Selasa, 18 Juni 2024

PLUMERIA DITEPI LAUT

PLUMERIA DITEPI LAUT

_Nadita_


      Kala ombak-ombak jernih berbuih pagi itu serasa menawarkan pelukan hangat. Rayuan Ibunda Lautan memabukkan si Duyung, rambut panjang sehitam arang dihiasi embun pagi, sebiji titik pada ujung matanya tertutup tangan Ibunda, buih-buih cinta Ibunda menyelimuti si Duyung muda. Duyung tetaplah Duyung yang gemar bermain bersama kawananya, seperti kicauan burung camar yang mengiringi kesehariannya, seperti kerang-kerang yang menghiasi si Duyung penuh cinta bagai kakak perempuan yang penuh kasih, sedangkan pasir putih menjadi tempat singgahnya, dan Lautan menjadi rumahnya.

       “LIR!” Teriak si Duyung muda itu dari kejauhan. Seukir senyumku berikan padanya, Duyungku itu keluar dari pelukan Ibundanya. Sekeping buih mengkilat berkah dari Ibundanya jatuh dari tubuhnya, seakan memberi tanda cinta pada si Duyung.

    “Sudah berapa lama?” Dia menghampiriku yang bersandar pada sebuah pohon mangga menjulang jauh ditepi lautan. Embun nakal masih menyelimuti dirinya, satu dua buih turun tidak kuat akan pesonanya.

    “Sudah dari tadi… bunga kesukaanmu.” Sela-sela surai dan indra dengarnya, ku sisipkan sebiji bunga Kamboja kuning-merah. Kamboja, kumohon jadilah seperti kerang-kerang yang menghiasinya layaknya kawan setia si Duyung. Dia tersenyum penuh malu. Ah.. rawan sikapmu penuh malu hari ini dan esok nanti menjadi ombak ganas samudra Hindia.

       Dia selalu suka bunga-bunga itu menyertai jejaknya, katanya sebagai pengingat akan kenangan kita dan juga dirinya. Iya, kenangan yang sudah lama sekali memang, empat tahun yang lalu kala Ayahanda Pertiwi mempertemukan kita. Seuntai bunga kamboja ditangannya dan aku menggenggam sungkur dikiri serta ujuk di kanan. Dia menoleh tak sengaja mata kami bertaut seperti terikat benang merah muda, membisu bersama dijalan kenangan milik Ayahanda, jalan tak luas dan sederhana itulah menjadi puncak fana merah muda yang merusak logikaku.

     “Kenapa?” Tanyanya penuh malu, lagi-lagi seakan menunjukan sifat yang berbeda biasanya selalu ganas karena terlalu sering bermain dengan ombak. Sungguh itu membuatku bagai bunga kamboja yang berada digengamanmu, berpasrah pada dirimu yang memetikku. Kamboja mengintip diujung sana menjadi saksi hari itu. Biarkan saja dia melihat, biar dia memberi tahu kawannya disana tentang kisah ini.

      Mentari, tahan dulu kasihmu Rembulan, Duyungku belum usai tersenyum jangan juga biarkan senyumnya usai Ayahanda Pertiwi, anakmu tidak akan suka jika kasihnya memudar tawanya, biarkan permpuanku berdansa bersama Ibunda Lautan dengan tarian penuh cahayanya. Biarkan anakmu menghabiskan waktunya untuk kasihnya.

“Lir! Ayo kemari.” Katanya penuh tawa, ditepi lautan dia bermain bersama ombak-ombak layaknya kawan akrab. Memang benar tak salah, dia memang berkawan dengan ombak-ombak seperti darah hidupnya adalah ombak itu sendiri.

“Ayo, hanyutkan bunga-bunga ini.” Tangannya dengan semangat menghanyutkan beberapa kamboja untuk dibawa arus ombak. Tentu, dia selalu melakukan ini sebagai tanda terimakasihnya pada lautan yang telah menemaninya bermain seharian.

Hanya anak dari Pertiwi dan Lautan tak pantas mengharapkan abadi, hanya fana yang didapat walau separuh jiwa tak rela. Bukan Pertiwi maupun Lautan yang mampu mencipta, hanya sosok kecil yang ingin memberi curahan kasih untuk tebalan takdirnya, bagus-bagus memberikan sisi yang baik-baik untuk Semesta. Usai sudah, kini harus kembali menabung rindu. Kita akan bertemu lagi Duyungku, mungkin.

Kamboja yang kau tabur, kembali kepermukaan bersama hilangnya dirimu, mereka seperti memberi tahuku bahwa dirimu sudah sepenuhnya menjadi satu dengan Ibundamu, dengan kawananmu, dengan kerang-kerangmu, dengan ikan-ikan kesukaanmu. Ombak-ombak menjadi tempatmu bersemayam, tempat kesukaanmu dan karang besar menjadi nisanmu, karang kesukaanmu. Dirimu abadi didalam sana, apa kamu senang bisa bersatu dengan lautanmu, Duyungku?

          26 Desember 2004, Duyungku kau benar-benar menjadi ombak untuk kita, hilang bersama Ibundanya tak tau dia menyelam seberapa dalam. Tak ada lagi yang bersenandung menari bersama ombak, camar-camar pun sudah kehilangan penggemar setia lagu-lagunya, kerang-kerang bingung harus merias siapa lagi, dan kamboja masih tetap setia samapai akhir menemani indahmu, Duyungku.

          “Aku kembali bersama angin laut untuk bertemu dengamu namun aku lupa bahwa kamu telah pergi bersama arusmu.”

Karya Putu Nadita Augustina Putri, Kelas VIII.B - IG : nadinadita
Pembina Literasi Digital Spenju : Ummul Karyati, S.Pd - Ahmad Kadafi, S.Si
Support "Literasi Digital dan Media Center Spenju"


Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7 Mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : SMPN 7 Mataram_

Blogger : smp7mat.blogspot.com


Sabtu, 18 Mei 2024

RENJANA UNTUK NARAPATIKU

RENJANA UNTUK NARAPATIKU

'Karya Siswi Spenju (tak terucap dalam gelap)'


Karung besar yang berat jatuh kedalam lautan biru gelap, seekor lumba-lumba muncul dari pelukan lautan, satunya lagi menghampiri sohibnya. Nelayan berburu ikan-ikan, satu dua ekor ikan berhasil kabur dari jala nelayan, kini ikan itu sudah sebesar perahu nelayan. Percayakah kalian itu? 

Harmoni tembang lautan menyapu indra pendengar, suara riuh-riang menghiasi subuh itu, para pekerja, nelayan, pedagang, serta warga pesisir memulai hari. Arunika muncul dari ufuk timur, memaku nanar padanya. Jam yang gelap dan jahat berakhir, dia selalu muncul untuk menjadi yang paling bersinar. Sebagian tak bisa melihat indahnya, mereka terlalu malas untuk melihat lebih dalam dirinya. 

Arung duduk dibawah pohon mangga yang menjulang besar, manik matanya menatap kearah utara, rambut hitamnya bergerak mengikuti goyangan angin, kulit putihnya terpapar sinar manis mentari, dia seperti lautan saat Arunika terjadi, begitu indah dan tak banyak yang memandangnya dengan mata hati. Teman seumurnya, bermain juga bercanda dengan banyak mawar, hanya dia yang menjauh agar tak terkena duri. Dari barat, arah yang tak dia lihat, Badai mengintainya dengan tatapan penuh kagum seketika ingin menjadi Bidadari untuk Arung. 

“Rung, aku cinta kamu.” Badai takut, malu, dan resah, segera setelah berucap seluruh yang berkaitan tentang Arung ia bisukan. Kapan? Kapan Badai merasa seperti ini? Bagaimana? Bagaimana bisa yang terkenal tak tahu malu, meluluh-lantahkan segala di depannya, menerobos apapun yang menghalanginya, bagaimana bisa kini ia penuh malu dan ragu?

Mereka merenggang seperti epilog tanpa prolog, Badai berharap Arunika memberkatinya. Hidupnya penuh gelap dan seram, selamanya ia merasa takut dikeliling kabut asap yang menyesakan, dia ingin berjalan dalam dekapan Pertiwi tanpa ragu, tanpa takut, ingin pendengarannya dipenuhi kicauan burung riang yang semanis mata kucing bukan suara berisik penuh maki untuknya, ingin merasakan hangatnya matahari yang lembut dan damai bukan rasa malu penuh khawatir yang mempertaruhkan kejernihannya. Dia selalu dituntut menjadi Badai yang selalu kita kenal, berbisa dan menyesatkan.

Naas, nasib Badai selalu mencerminkan dirinya.. merusak tapi akan berakhir walau kerusakan itu hanya akan diberikan plester luka tak berobat. Mungkin ia berfikir semuanya telah berakhir dikala dunia luluh lantah olehnya namun rasa dungu yang membelenggu tak kunjung melepaskan belenggunya. Dia masih menikmati matahari terbit sebagai puncak dari rindunya seolah ia sedang memuja keindahan Arunika lewat manik kagumnya, ia akan selalu memuja Arunika walaupun keindahan itu tak abadi sebab Arunika akan berganti menjadi Sandhyakala yang artinya malam yang gelap dan jahat kembali mengingatkannya dengan dunia penuh ular. Sang Kala perlahan mulai muak, ia mengubah Badai menjadi Purnama, Arunika yang menjadi Aditya, dan Arung menjadi Maheswara. Hingga semua melangkah menuju jalan yang berbeda, Maheswara akan selalu melihat rakyatnya bagaikan Aditya untuk mereka, sedangkan Purnama akan melihat Aditya sebagai sumber cahayanya. 

Purnama yang masih menjadi satu dengan kegelapan dikelilingi awan hitam yang pekat, merintih dan selalu mengumpat atas segalanya, melepaskan kendalinya hingga akhirnya digembala oleh Sang Chandra. Sang Hyang Chandra menyaksikan kegundahan Purnamanya walau cemburu ia tetap membantu kasihnya agar setidaknya bisa mendapatkan impiannya walaupun nantinya Purnama akan tetap menjadi milik malam dan miliknya. 

“Dari! Tunggu!” Dari berlari dalam padang bunga melati kesukaannya dari belakang Arung mengejarnya dengan senyum yang selalu dirindukannya. 

“Kamu lama, Rung!” Arung mendengar teriakan Dari mempercepat lajunya saat ketika lengan Dari digapainya sekilas senyum manis kembali merekah, Dari selalu suka dan rindu senyuman manis Arung.

“Ri.. jangan pergi pakai selendang ajaibmu ya?” Saat berucap Arung menggenggam lembut lengan Dari, ia menuntun Dari duduk di tepi laut dengan pohon disisi kanannya, ada kekhawatiran Arung disetiap bait ucapannya. 

“Kamu fikir aku Bidadari istrinya Jaka Tarub apa ya?” Dari duduk bersender dengan pohon didekatnya, ia tersenyum puas saat mendengar kekhawatiran dari Arung, ada rasa gemas dalam hatinya saat Arung berucap.

“Bukan Bidadarinya Jaka Tarub, tapi Bidadarinya..” Gelap. Purnama terbangun, ada rasa yang hilang dalam hatinya.. hanya mimpi yang terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan untuk Purnama yang berharap menjadi Bidadari untuk Maheswara. Triasih ditepi lautan dengan berkat dari Arunika mungkin terlalu liar bahkan untuk separuh jiwa dari Badai sendiri.

Purnama meredup dan menghilang, bersembunyi dibalik bintang-bintang. Mengenang segalanya tentang Pertiwi yang berpindah dalam manik nanarnya. Kupu-kupu yang mencari bunga mengingatkannya tentang kenangannya empat tahun lalu. Ingatkah kamu? 

“Angin darat hanya mengantar nelayan pergi, bukan pulang. Apa aku bisa kembali bersama angin laut untuk berjumpa denganmu?”

----------------------------------------------------------

Pembina Literasi Digital : Ummul Karyati, S.Pd dan Ahmad Kadafi, S.Si

Support "Media Center Spenju"

Ikuti informasi seputar SMPN 7 Mataram melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : smpn7mataram_

Saluran WhatsApp : Spenju Times

Blogger : smp7mat.blogspot.com


Jumat, 10 Mei 2024

Guru Pendidikan


_Ni Putu Pusviantari_


Nilai bukan segalanya, tapi segalanya akan butuh nilai.

Pendidikan bersembunyi di lebatnya kabut malam ini.

Tak ada yang peduli.

Sebagian tertawa bodoh membanggakan diri, menghina yang sedang menjadi penompang bangsa.


Pendidikan diremehkan, dijadikan candaan seolah angin lewat yang tak berguna. 

Pahlawan bersedih diatas awan, perang diatas buku pendidikan.

Apakah ada harganya?


Ki Hajar Dewantara berseru dengan lantang, anak muda harus menjadi pemimpin bangsa.

Ini bukan tuntunan tetapi cara untuk membanggakan.


Beberapa anak muda bertekad berlari menggunakan sepatu berduri, mencoba melewati tantangan demi masa depan negeri.

Para guru di belakang mendorong jauh dirinya,  mencoba menjadi tumpangan para murid yang tercinta.

Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan tauladan, di tengah motivasi, di belakang dorongan dukungan.


Pendidikan maju di depan dengan barisan guru yang teladan di belakang, para murid yang membara jiwa semangatnya akan menjadikan bangsa Indonesia berkualitas dan maju dimata dunia.


Selamat hari pendidikan nasional untuk kita semua.


Karya Ni Putu Pusviantari, Kelas VIII.E
Pembina Literasi Digital Spenju : Ummul Karyati, S.Pd - Ahmad Kadafi, S.Si
Support "Media Center Spenju"


Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7 Mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : SMPN 7 Mataram_

Blogger : smp7mat.blogspot.com

Kamis, 02 Mei 2024

Pensi Spenju 'BABAD TANAQ SASAK' Ramaikan Peringatan Hardiknas 2024

*dokumentasi tim media center spenju

2 Mei, Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai penghormatan terhadap peran penting pendidikan dalam pembangunan bangsa. Hari ini bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga momentum untuk merefleksikan pencapaian, tantangan, dan masa depan pendidikan di Indonesia. Hari Pendidikan Nasional diperingati untuk menghormati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi anak-anak pribumi. Ki Hadjar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dan memainkan peran kunci dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi semua anak-anak Indonesia, tanpa memandang suku, agama, atau status sosial.

Hardiknas kali ini mengusung tema 'Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar'. Siswa-siswi SMPN 7 Mataram  menampilkan berbagai pentas seni (pensi) kolaborasi lintas generasi 'Babad Tanaq Sasak' pada momen Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2024 di SMPN 7 Mataram, pada Kamis (2/5/2024).

Dalam acara pensi ini yang bertindak selaku host adalah Ibu Ni Made Lami Wijati, M.Pd dan Ibu Erny Yuliansari, S.Pd,. GR, acara ini dibuka oleh Kepala SMPN 7 Mataram Bapak Imam Purwanto, S.Pd kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan Tembang Sasaq Subhanalle yang disuguhkan oleh Bapak I Komang Sugiata, S.Ag (Pak Mangku), Bapak Lalu Wiraja, S.PdI (Miq Ajouq), Bapak Faesal Gunawan, S.Pd,. GR (Pak Ical Boling),  kemudian dilanjutkan dengan penampilan Tari Oncer lebih dari 50 Siswi SMPN 7 Mataram, pertunjukan Musik Tradisional Sasak yakni Gendang Beleq dilanjutkan Musikalisasi Puisi (Puisi Bahasa Sasak, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), kemudian penampilan dari ekstrakurikuler Spenju English Club dengan menampilkan orator yang bersemangat menggunakan Bahasa Inggris kemudian dilanjutkan penampilan seni Pantomim oleh 2 siswa yang telah meraih juara 1 pada ajang FLS2N Tingkat Kota Mataram Tahun 2024, kemudian penampilan penyanyi lagu sasak hingga pertunjukan Seni Hadrah yang menghibur pada rangkaian acara tersebut.

'Kepala SMPN 7 Mataram - Bapak Imam Purwanto, S.Pd'

Dalam sambutannya, Kepala SMPN 7 Mataram Bapak Imam Purwanto, S.Pd. Sangat mengapresiasi atas penampilan pentas seni yang disuguhkan dengan berkolaborasi lintas generasi baik guru maupun para siswa-siswi SMPN 7 Mataram dalam Peringatan Hardiknas 2024 serta tak lupa beliau menyampaikan ucapan terimakasih untuk semua yang terlibat dalam kegiatan ini.

Beliau mengatakan, tantangan dunia pendidikan kedepan semakin besar, bagaimana para orang tua dan guru dapat menyiapkan para generasi muda untuk siap menghadapi dunia nyata maupun dunia digital.

"Kita harus menghargai bahwa anak-anak kita punya kehebatan di bidangnya masing-masing, dan tugas kita bagaimana kita mau memfasilitasi bakat-bakat mereka supaya terasah, memiliki nilai, dan supaya bisa menjadi pegangan bagi mereka untuk kemandirian mereka di masa yang akan datang," tambahnya.

Pelaksanaan Peringatan Hardiknas Tahun 2024 juga turut dihadiri Bapak/Ibu Guru berserta 1.350 siswa/siswi SMPN 7 Mataram. (AK).


kuti informasi seputar SMPN 7 Mataram melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : smpn7mataram_

Saluran WhatsApp : Spenju Times

Blogger : smp7mat.blogspot.com

Minggu, 21 April 2024

KARTINI YANG KUTAHU

"Kartini Yang Kutahu"

Karya - Almaira Esmee Sugiantini


Kartini yang kutahu

Ku dapat dibangku sekolahku

Tertulis dalam buku-buku

Menuturkan perjuangan agar wanita bisa setara dan berilmu

Agar mampu mengarungi zaman dan waktu


Kartini yang kutahu 

Mendidik, membimbing, membekaliku, sinau, dan bertingkah laku 

Yang mencerminkan Kartini seperti dibuku

Dan untuk itu

Terima kasih ku padamu

Kartini-kartini disekelilingku

Ibu, nenek, serta kau Guruku


Kartini yang Kutahu - Karya Almaira Esmee Sugiantini VII.A_SMPN 7 Mataram

Ig : @mairaaspenjoee_

Motto hidup : "You can work hard, but if you don't work smart, you'll work for the rest of your life" -Tony Stark Iron Man

Pembina Literasi Digital : Ummul Karyati, S.Pd dan Ahmad Kadafi, S.Si

Support "Media Center Spenju"

Ikuti informasi seputar SMPN 7 Mataram melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : smpn7mataram_

Saluran WhatsApp : Spenju Times

Blogger : smp7mat.blogspot.com

Jumat, 19 April 2024

Mother Wound

Mother Wound

_Aurelia_


Terlihat seorang gadis yang sedang duduk menangis di sudut kamar nya. Ia begitu sedih. Ia berulang kali menghapus air mata nya yang mengalir membasahi pipi nya dengan kasar, sehingga membuat sekitaran pipi nya merah. Suasana dikamar gadis tersebut sepi bahkan sangat sangat sepi. Hanya terdengar suara dengungan ditelinga dan isakan nangis dari sang gadis cantik itu.

Gadis itu memendam wajahnya diantara kedua kakinya. Hingga menjelang beberapa menit, terdengar suara langkah kaki dari kejauhan yang semakin terdengar dekat didepan pintu kamar sang gadis. "Kamu lemah sekali. Dasar anak cengeng, baru dimarahi seperti itu saja kau sudah nangis! Kamu dimarahi belum seberapa saat aku dimarahi. Ughh.. dasar cengeng." Ujar seorang anak laki-laki yang berbicara dengan nada mengejek didepan pintu kamarnya Mavera. Mavera, atau Mavera Alastriona adalah nama anak perempuan yang sedang menangis itu. Dan anak laki-laki yang berdiri di depan pintu kamar nya adalah kakak laki-lakinya, Owen Emerson Argantara. Mavera menatap kakak laki-laki nya dengan tatapan lesu. Wajahnya Mavera memerah, rambutnya berantakan dan air matanya yang membasahi pipi nya.

"Iya. Aku memang cengeng dan lemah! Jangan bandingkan aku dengan mu. Pergi dari kamar ku! Jangan ganggu aku." Jawabnya dengan nada yang sedikit gemetar dan ketakutan. "Heh. Pantesan ibu membenci mu dan tidak menyayangi mu, dari kecil kau hanya bisa menangis saja busanya, kau hanya beban dikeluarga ini. Dasar tidak berguna!" setelah selesai bilang begitu, Owen langsung pergi meninggalkan Mavera sendiri dikamar nya.

Mavera kini merenungkan diri lagi dengan suasana yang sepi. Mavera terus mengeluarkan air mata nya. "Kenapa aku selalu di bilang tidak berguna? Kenapa aku selalu di salahkan? Kenapa aku selalu di marahi? Kenapa ibu tidak pernah menyayangi ku?" Itu yang ada di pikiran Mavera sekarang, Ia selalu mengingat kejadian tadi.

Mavera saat itu sedang menyuci piring didapur, dan tidak sengaja menjatuhkan salah satu piring itu. Suara pecahan piring itu sangat nyaring dan besar suaranya, Mavera merasa panik dan gelisah saat melihat itu, dengan cepat dia mencoba membersihkan bekas pecahan piring itu dengan tangan kosong nya. Tapi, tak lama kemudian, seorang perempuan paruh baya yang bernampilan sangat modis berjalan kearah nya. Terlihat dari wajah perempuan itu sangat marah saat berjalan.

"Kau itu selalu saja bikin semua barang rusak! Tidak bisa kah kau mengerjakan nya dengan hati-hati!?" Ucap Wanita itu yang sedang memarahi Mavera.

"I.. ibu. Maafkan M-mavera. Mavera tidak sengaja, sungguh! T.. tangan mavera terlalu licin, ibu." Mavera menundukan kepalanya. Terlihat mata Mavera berkaca-kaca seperti ingin menangis.

"Alahhh! Bilang saja kalau kamu itu marah sama ibu, karna ibu menyuruh mu untuk membersihkan rumah! Apa kau tidak tau? Ibu ini capek! Ibu sudah capek membesarkan mu! Kau itu selalu membuat masalah dan membuat ibu marah setiap hari! Dasar pemalas! Kau itu sungguh beban disini! Dasar anak tidak berguna!" Sang ibu terus memaki Mavera dan menggunakan nada kasar saat berbicara. Mavera menahan tangisnya yang kini tak terbendung lagi, air matanya kini menetes ke pipi nya, dengan segera ia menghapus nya. Jika ibu mengetahui Mavera nangis, itu akan membuat ibu marah lagi.

"Bereskan semuanya! Ibu tidak mau tau! Kau itu selalu saja mencari masalah! Hidup mu merepotkan saja! Mending kamu tidak usah lahir didunia ini, ibu nyesel punya anak seperti mu!" Kemudian sang ibu pergi dari dapur menuju kamar nya.

Mavera sangat tertusuk dengan perkataan ibu nya itu, tetapi Mavera berusaha tidak mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut sang ibu. Ia pun dengan segera membersihkan serpihan-serpihan piring tersebut, dan memasukan nya kedalam plastik hitam lalu membuang nya.

"Kata-kata ibu selalu saja seperti itu. Sejak kecil aku selalu dibilang hanya merepotkan dan tidak berguna. Ibu bilang aku pemalas. Ibu selalu bilang bahwa ia menyesal punya anak seperti ku. Sebenarnya di lubuk hati yang dalam aku merasa sakit mendengar semua ucapan itu. Apalagi yang berkata seperti itu adalah ibu ku. Aku ini terlalu lemah. Bahkan sangat lemah" Mavera tidak pernah menceritakan semua ini pada siapapun. Dia hanya memendamnya di dalam hatinya. Mavera terkenal sebagai anak yang pinter dan aktif di sekolahnya. Mavera duduk di bangku kelas 2 SMP. Gadis itu kini terlelap dalam tangisannya di sudut ruangan kamarnya. Entahlah rasanya menyedihkan melihat pemandangan seperti ini seorang gadis yang seharusnya dapat menikmati masa-masa remajanya. Yang seharusnya dapat bermain bersama teman-temannya ikut serta dalam berbagai kegiatan sekolah. kini hanya terlelap dalam tangisannya.

Kemarin pagi. Mavera telah siap-siap untuk berangkat kesekolah, sama dengan Kakak laki-lakinya, Owen. Mereka sedang memasang sepatu sambilan menunggu ayah mereka. Owen duluan keluar dari rumah, sedangkan Mavera tetap menunggu ayah nya. Ayah Mavera kini duduk untum memasang sepatu.  

"Vera. Vera tidur nyenyak kan tadi malam?" Tanya ayah nya Mavera sambil memakai sepatu

"Iya, ayah. Vera tidur nyenyak kok." Mavera berbohong. Ia terpaksa berbohong kepada ayah nya.

Ayah nya Mavera sudah selesai masang sepatu, ia pun mendekati putri nya itu lalu memeluknya.

"Kamu anak perempuan ayah satu-satunya. Jangan pernah berbohong kepada ayah, jangan pernah menutupi sesuatu pada ayah. Ayah selalu ada untuk mu, Vera. Ayah menyayangi mu lebih dari Ibu menyayangi Owen. Ayah tau, kamu tadi malam tidak tidur dan kau hanya nangis. Terlihat mata mu masih sebab." Ucap ayah sambil memeluk erat putri nya itu dan mengelus rambut nya.

Mavera rasa nya ingin menangis disana. Mavera emang tidak dapat kasih sayang seorang ibu, tetapi setidaknya Mavera beruntung karna masih memiliki ayah yang sangat sayang dan selalu membelanya Sejak kecil Mavera selalu bercerita aktifitas sehari-hari nya disekolah kepada ayah nya saat ayah nya pulang kerja. Tetapi sekarang, berbeda. Mavera sudah jarang bercerita aktifitas nya kepada ayah nya, karna setiap pulang kerja, ayah nya selalu berantem dengan ibu. Ia takut untuk bercerita, ia juga tidak ingin melihat kedua orang tua nya berantem. Setiap hari nya begitu.

"Mavera sangat iri dengan Owen! Ia bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu, apa yang owen ingin kan selalu dituruti oleh ibu, owen minta disuapin ibu turutin. Dan Owen seperti anak emas di keluarga ini. Owen tidak pernah disuruh ngapa-ngapain, ia selalu disayang. Ia selalu disayang. Aku iri. Aku iri!! Kenapa aku tidak bisa berada diposisi Owen!?" Tulisan yang baru saja ditulis oleh Mavera dibuku diary nya. Ia biasa nya menceritakan keluh kesah nya dibuku diary nya. Ia tidak tahu harus menceritakan kesiapa. "Apakah aku harus mati agar ibu menyesal? Apakah harus begitu?" Ucap Mavera sambil melihat tangan kiri nya yang penuh dengan goresan.

"aku tetap menyayangi

ibu walau dia membenci ku. Ibu yang terhebat. Dan mau bagaimana pun ia lah ibu ku, ia lah yang melahirkan ku." — Diary Mavera Alastriona.

"Kenangan bersama Ibu?

Aku tidak memiliki kenangan indah bersama Ibu. Tapi aku yakin suatu saat nanti akan terukir sebuah kenangan indah saat aku bersama ibuku. Ibu, aku harap ibu benar menyayangiku. Walaupun tidak, aku akan tetap menyayangi Ibu. Aku tidak akan pernah bisa membencimu. Karena kau segalanya untuk ku. Ibu, kuharap ibu tau bagaimana perasaanku. Pedih dan sakit jelas terasa. Ini pilu, sesekali fikiran jahat itu hampir meyakinkan ku untuk membencimu. Namun, jauh di lubuk hati terdalamku masih percaya bahwa ibu menyayangiku.

Kumohon, Tolong lihat aku ibu." — Diary Mavera Alastriona.

Janganlah kau mencoba membenci ibu mu, jauh dilubuk hati ibu mu, ia sebenarnya menyayangi mu, tetapi ia tidak bisa menunjukkan nya. Mungkin perlahan ia bisa menunjukkan nya, hidup itu penuh dengan proses. maka dari itu, tetap lah menyayangi ibu mu selagi ia masih hidup. Hidup akan hampa tanpa ibu. Tetapi Hidup akan lebih hampa jika tanpa kedua orang tua. Jangan mencoba melawan ibu. Ia yang mengurus mu dari bayi hingga kamu besar. Penuh perjuangan untuk menjadi ibu.

Mavera Alastriona, ia adalah anak yang kekurangan kasih sayang seorang ibu, ia selalu disalah kan dan dikucilkan oleh ibu nya sendiri. Tetapi walaupun begitu, Mavera tidak membenci ibu nya, ia tetao menyayangi ibu nya itu. Mavera depresi karna kekurangan support seorang ibu.

Tau istilah 'Mother Wound' ? Jadi, Mother Wound adalah luka emosional yang di sebabkan kurang dan hilangnya support dan kasih sayang dari figur seorang ibu. Mavera Alastriona adalah anak Mother Wound. Karna itu ia merasa depresi dan selalu berpikiran untuk melukai diri, dan mengakhiri hidup nya. 

"Untuk para; Gadisku. Jangan lah engkau sepertiku— Kumohon. Aku tidak ingin penerus Generasi Bangsa akan seperti ku. Cukup aku yang seperti ini. Jangan mencoba berpikiran untuk suicide: mengakhiri hidup. Kumohon untuk kalian ; Gadisku— untuk berhenti menggores tangan kiri kalian dengan alat tajam. Apakah kau tidak kasian dengan tangan kiri mu tersebut dan Apakah kau tidak kasian dengan ibu mu yang susah payah untuk melahirkan mu, Wahai para Gadisku yang cantik? Aku tidak tau pasti, Apakah lelaki juga ada berpikir seperti para Gadis yang sedang mengalami deprsi? Mau kau Perempuan atau lelaki; Kumohon jangan akhiri hidup mu seperti itu." — Pesan dari Mavera Alastriona

"Seorang ibu adalah satu-satunya orang yang membawamu selama sembilan bulan di perutnya, tiga tahun di pelukannya, dan selamanya di hatinya." 

"Selalu dan selalu belajar memaafkan, karena anak butuh kasih sayang dan bantuan orang tuanya agar memperbaiki kesalahannya." — Mavera Alastriona


"Keras kepalaku sama denganmu,

Caraku marah, caraku tersenyum,

Seperti detak jantung yang bertaut,

Nyawaku nyala karena denganmu,

Aku masih ada sampai di sini,

Melihatmu kuat setengah mati,

Seperti detak jantung yang bertaut,

Nyawaku nyala karena denganmu,

Semoga lama hidupmu di sini,

Melihatku berjuang sampai akhir,

Seperti detak jantung yang bertaut,

Nyawaku nyala karena denganmu" ( Bertaut - Nadin Amizah )


Wattpad:

In Another World : I Will Be Your Girlfriend (Akun Wattpad @putriaureliaayv , cerita nya masih ongoing !)

Instagram: @relliuu


Mother Wound - Karya Haifa Putri Aurelia Kusnady 
VIII.E SMPN 7 Mataram

Pembina Literasi Digital Spenju : Ummul Karyati, S.Pd - Ahmad Kadafi, S.Si
Support "Literas Digital dan Media Center Spenju"


Ikuti informasi seputar pendidikan melalui kanal berikut:

Instagram : smpn7 Mataram_

Facebook : Spenju Times

YouTube : SMPN 7 Mataram Official

TikTok : SMPN 7 Mataram_

Blogger : smp7mat.blogspot.com


Persyaratan PPDB SMPN 7 Mataram Tahun Pelajaran 2024/2025

Berikut kami kirimkan lampiran Persyaratan PPDB SMPN 7 Mataram Tahun Pelajaran 2024/2025